Teman-teman untuk ramadhan 1432 H. Ikrima menyelenggarakan I'tikaf. Sebelum melaksanakan kita kenali dulu yuk apa itu i'tikaf.
I'tikaf, berasal dari bahasa Arab akafa yang berarti menetap, mengurung diri atau terhalangi. Pengertiannya dalam konteks ibadah dalam adalah berdiam diri di dalam masjid dalam rangka untuk mencari keridhaan Allah SWT dan bermuhasabah atas perbuatan-perbuatannya. ( sumber Wikipedia )
Waktu I’tikaf
I’tikaf disunnahkan kapan saja
di sembarang waktu. Maka diperboleh kan bagi setiap muslim utk memilih
waktu kapan ia memulai iktikaf & kapan mengakhirinya. Akan tetapi yg
paling utama adl i’tikaf di bulan suci Ramadhan, khususnya sepuluh hari
terakhir. Inilah waktu i’tikaf yg terbaik sebagaimana diriwayatkan
dalam sebuah hadis shahih, artinya,
“Bahwasanya
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam selalu beri’tikaf pd sepuluh hari
terakhir bulan Ramadhan sampai Allah mewafatkannya. Kemudian para istri
beliau beri’tikaf sepeninggal beliau.” (HR .al-Bukhari & Muslim dari A’isyah radhiyallahu ‘anha)
Hal-hal yang membatalkan i'tikaf
1. Keluar dari masjid tanpa ada keperluan yang mendesak.
Dari ‘Aisyah Ummul Mu’minin radhiyallahu ‘anha, dia berkata:
السُّنَّةُ عَلَى الْمُعْتَكِفِ أَنْ لاَ يَعُودَ مَرِيضًا وَلاَ يَشْهَدَ جَنَازَةً وَلاَ يَمَسَّ امْرَأَةً وَلاَ يُبَاشِرَهَا وَلاَ يَخْرُجَ لِحَاجَةٍ إِلاَّ لِمَا لاَ بُدَّ مِنْهُ وَلاَ اعْتِكَافَ إِلاَّ بِصَوْمٍ وَلاَ اعْتِكَافَ إِلاَّ فِي مَسْجِدٍ جَامِعٍ
“Termasuk sunnah bagi seorang mu’takif adalah tidak menjenguk orang sakit, tidak menghadiri jenazah, tidak menyentuh atau bercumbu dengan istri, tidak keluar dari masjid untuk urusan apapun kecuali memang urusan yang harus diselesaikan (di luar masjid), tidak ada i’tikaf kecuali dengan puasa, dan tidak ada i‘tikaf kecuali dilakukan di masjid jami’.” [Shahih Sunan Abi Dawud, karya Asy-Syaikh Al-Albani] [Al-Mughni]
2. Tidak melakukan jima’ (senggama), berdasarkan ayat i’tikaf:
“Janganlah kalian menggauli istri-istri itu, sedangkan kalian beri’tikaf dalam masjid.” (Al-Baqarah: 187) ]
3. Murtad (keluar) dari Islam.
4. Hilang akal.
1. Keluar dari masjid tanpa ada keperluan yang mendesak.
Dari ‘Aisyah Ummul Mu’minin radhiyallahu ‘anha, dia berkata:
السُّنَّةُ عَلَى الْمُعْتَكِفِ أَنْ لاَ يَعُودَ مَرِيضًا وَلاَ يَشْهَدَ جَنَازَةً وَلاَ يَمَسَّ امْرَأَةً وَلاَ يُبَاشِرَهَا وَلاَ يَخْرُجَ لِحَاجَةٍ إِلاَّ لِمَا لاَ بُدَّ مِنْهُ وَلاَ اعْتِكَافَ إِلاَّ بِصَوْمٍ وَلاَ اعْتِكَافَ إِلاَّ فِي مَسْجِدٍ جَامِعٍ
“Termasuk sunnah bagi seorang mu’takif adalah tidak menjenguk orang sakit, tidak menghadiri jenazah, tidak menyentuh atau bercumbu dengan istri, tidak keluar dari masjid untuk urusan apapun kecuali memang urusan yang harus diselesaikan (di luar masjid), tidak ada i’tikaf kecuali dengan puasa, dan tidak ada i‘tikaf kecuali dilakukan di masjid jami’.” [Shahih Sunan Abi Dawud, karya Asy-Syaikh Al-Albani] [Al-Mughni]
2. Tidak melakukan jima’ (senggama), berdasarkan ayat i’tikaf:
“Janganlah kalian menggauli istri-istri itu, sedangkan kalian beri’tikaf dalam masjid.” (Al-Baqarah: 187) ]
3. Murtad (keluar) dari Islam.
4. Hilang akal.
5. Junub atau nifas.
Susunan acara I'tikaf
12.00 : Shalat Dzuhur berjamaah
12.00 – 13.00 : Pembukaan
13.00 – 14.30 : Training Motivasi
14.30 – 15.30 : Shalat Ashar berjamaah
15.30 – 17.00 : Nonton Film Islami
17.00 – 18.30 : Ifthor jama'i
18.30 – 20.30 : Shalat Magrib, Shalat Isya dan Tarawih
20.30
– 21.30 : Tadarus Al-Qur'an
21.20
– 22.00 : Ice Breaking
22.00 – 02.00 : Tidur
02.00 – 03.30 : Qiyamullail dan Muhasabah
03.30 – 04.30 : Sahur
04.30 – 05.00 : Shalat Subuh berjmaah
05.00 – 09.00 : Mentoring dan persipan kajian dhuha
09.00 – 12.00 : Kajian Dhuha
12.00 : Shalat Dzuhur berjamaah, pulang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar